Jumat, 04 November 2016

Tanahku Jalan Hidupku



Sofi Septiani
Esai Foto: Memotret Indonesia
Tanahku Jalan Hidupku
Longer Sunda
Longser merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang berasal dari Jawa Barat, saat ini tak banyak orang yang mengenal dan mengetahui budaya ini. Longser adalah kesenian teater rakyat yang biasa digelar oleh rakyat sunda sebagai sarana hiburan, karena longser ini memiliki unsur lawakan dan juga sering menceritakan mengenai kehidupan sehari-hari rakyat pedesaan. Saat ini longser banyak dikembangkan dan dibuat pergelaran oleh tokoh-tokoh budaya dan mahasiswa yang tergabung dalam sebuah perkumpulan pecinta budaya tradisional terutama budaya sunda.
Pembahasan:
Dalam menelusuri sejarah Longsér, saya sering mendengar nama Bang Tilil (nama aslinya Akil), yang dikenal sebagai tokoh Longsér. Dalam kurun waktu 1920-1960, Longsér Bang Tilil mencapai puncak kejayaannya. Sebuah pergelaran Longsér biasanya dilengkapi dengan Nayaga (pemain musik), pemain/aktor longser, Bodor (pelawak), dan Ronggéng (penari merangkap penyanyi). Waditranya hampir mirip dengan gamelan yang berlaras Salendro (DISPARBUD JABAR).
Busana yang sering dipakai para penari dalam pergelaran longser sederhana tapi mencolok dari segi warnanya, terutama yang dipakai oleh Ronggeng (berupa kebaya dan samping batik untuk wanita, dan untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan ikat kepala). Dalam perkembangannya, Longser dikemas menjadi bentuk Longser modern dengan memakai naskah juga sering diawali dengan penampilan tarian tambahan begitupun akhir cerita (UKM LISES).
Foto yang saya ambil merupakan bagian klimaks dari cerita longser yang ditampilkan, pria yang memakai kemeja merah, Anton adalah orang kaya yang berasal dari kota, sedangkan pria yang disampingnya adalah pak Kepala Desa (warga memanggil beliau dengan sebutan Pak Kades), dan wanita yang memakai jas adalah asisten pribadi dari Anton, Sri.
Dalam foto di atas menurut saya menunjukkan kekuasaan yang dimiliki oleh orang kaya (Anton), dia berniat membeli rumah yang ada di pedesaan dengan tujuan agar dia bisa “menabung” untuk masa depan. Namun tak disangka hal ini memunculkan salah paham pada warga desa yang mengira Anton ingin membeli sawah mereka, hingga pada akhirnya warga berdemo untuk menurunkan Pak Kades dari jabatannya karena dianggap tak mampu mengemban amanah dan malah menjual sumber kehidupan warga desa, sawah adalah satu-satunya sumber kehidupan mereka. Dengan bertani mereka bisa bertahan hidup dan memenuhi segala kebutuhan mereka meskipun sederhana.
Dalam esai foto ini saya membicarakan mengenai kekuasaan dan dominasi yang dimiliki salah satu tokoh dalam foto (Anton) dengan memilih menggunakan analisis teori Hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci (1891-1937). Hegemoni merupakan konsep penting dalam kajian budaya. Secara umum hegemoni didefinisikan sebagai pengaruh, kekuasaan, atau dominasi dari sebuah kelompok sosial terhadap yang lain.
Menurut saya yang terjadi dalam foto adalah satu pihak yang berusaha menguasai dan sedang membujuk agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan dari kelompok lain, sampai pada akhirnya ada satu tokoh yang mendominasi dan memimpin aksi penolakan. Orang kaya tersebut kemudian menjadi lebih dominan ketika dia mempraktekkan kekuasaan, dan menjelaskan bahwa dia tak bermaksud membeli sumber kehidupan warga. Bahkan satu kelompok itu telah memegang kekuasaan penuh di tangannya, maka dia dituntut untuk melakukan langkah-langkah untuk mempertahankan kekuasaannya.
Gramci juga menyebutkan bahwa hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap kelas sosial lainnya. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa hegemoni pada dasarnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan (Sutiyono; Represi Politik Kekuasaan Pada Dunia Seni, 2012, 4).
Kesimpulan:
Kesenian longser merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan moral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perkampungan. Banyak pesan yang disampaikan mengenai kelompok yang berusaha melakukan negosiasi demi mepertahankan dan menunjukkan kekuasaan yang dimiliki kelompok lain.
Dapat disimpulkan bahwa cara kelompok yang satu melakukan negosiasi dengan kelompok lain adalah dengan menunjukkan kekuasaan yang dimiliki kemudian memenangkan negosiasi yang dilakukan dan mendapatkan tujuan yang dia inginkan. Dan dalam praktek kekuasaan dapat dilakukan dengan cara yang lebih halus tanpa melakukan penindasan apalagi dengan adanya kekerasan fisik.


Referensi:
Naskah Longser “SALATRI” Sasaka Sakawayana, Fokalismas, 2016
Wawancara bersama UKM Lingkung Seni Sunda se-Bandung yang menggelar Pergelaran Longser 2 tahun terakhir.
Yasir, Kajian Budaya, 2012: http://yasir.staff.unri.ac.id/2012/03/14/kajian-budaya/