Sofi Septiani
Esai Foto: Memotret Indonesia
Tanahku Jalan
Hidupku
Longer Sunda
Longser merupakan salah satu produk budaya Indonesia
yang berasal dari Jawa Barat, saat ini tak banyak orang yang mengenal dan
mengetahui budaya ini. Longser adalah kesenian teater rakyat yang biasa digelar
oleh rakyat sunda sebagai sarana hiburan, karena longser ini memiliki unsur
lawakan dan juga sering menceritakan mengenai kehidupan sehari-hari rakyat
pedesaan. Saat ini longser banyak dikembangkan dan dibuat pergelaran oleh
tokoh-tokoh budaya dan mahasiswa yang tergabung dalam sebuah perkumpulan
pecinta budaya tradisional terutama budaya sunda.
Pembahasan:
Dalam
menelusuri sejarah Longsér, saya sering mendengar nama Bang Tilil (nama aslinya
Akil), yang dikenal sebagai tokoh Longsér. Dalam kurun waktu 1920-1960, Longsér
Bang Tilil mencapai puncak kejayaannya. Sebuah pergelaran Longsér biasanya
dilengkapi dengan Nayaga (pemain musik), pemain/aktor longser, Bodor (pelawak),
dan Ronggéng (penari merangkap penyanyi). Waditranya hampir mirip dengan
gamelan yang berlaras Salendro (DISPARBUD
JABAR).
Busana
yang sering dipakai para penari dalam pergelaran longser sederhana tapi mencolok dari segi
warnanya, terutama yang dipakai oleh Ronggeng (berupa kebaya dan samping batik
untuk wanita, dan untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan
ikat kepala). Dalam perkembangannya, Longser dikemas menjadi bentuk Longser
modern dengan memakai naskah juga sering
diawali dengan penampilan tarian
tambahan begitupun akhir cerita
(UKM LISES).
Foto yang saya ambil merupakan bagian klimaks dari
cerita longser yang ditampilkan, pria yang memakai kemeja merah, Anton adalah
orang kaya yang berasal dari kota, sedangkan pria yang disampingnya adalah pak
Kepala Desa (warga memanggil beliau dengan sebutan Pak Kades), dan wanita yang
memakai jas adalah asisten pribadi dari Anton, Sri.
Dalam foto di atas menurut saya menunjukkan kekuasaan
yang dimiliki oleh orang kaya (Anton), dia berniat membeli rumah yang ada di
pedesaan dengan tujuan agar dia bisa “menabung” untuk masa depan. Namun tak
disangka hal ini memunculkan salah paham pada warga desa yang mengira Anton
ingin membeli sawah mereka, hingga pada akhirnya warga berdemo untuk menurunkan
Pak Kades dari jabatannya karena dianggap tak mampu mengemban amanah dan malah
menjual sumber kehidupan warga desa, sawah adalah satu-satunya sumber kehidupan
mereka. Dengan bertani mereka bisa bertahan hidup dan memenuhi segala kebutuhan
mereka meskipun sederhana.
Dalam esai foto ini saya membicarakan mengenai
kekuasaan dan dominasi yang dimiliki salah satu tokoh dalam foto (Anton) dengan
memilih menggunakan analisis teori Hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio
Gramsci (1891-1937). Hegemoni merupakan konsep penting dalam kajian budaya.
Secara umum hegemoni didefinisikan sebagai pengaruh, kekuasaan, atau dominasi
dari sebuah kelompok sosial terhadap yang lain.
Menurut saya yang terjadi dalam foto adalah satu pihak
yang berusaha menguasai dan sedang membujuk agar bisa mendapatkan apa yang dia
inginkan dari kelompok lain, sampai pada akhirnya ada satu tokoh yang mendominasi
dan memimpin aksi penolakan. Orang kaya tersebut kemudian menjadi lebih dominan
ketika dia mempraktekkan kekuasaan, dan menjelaskan bahwa dia tak bermaksud
membeli sumber kehidupan warga. Bahkan satu kelompok itu telah memegang kekuasaan
penuh di tangannya, maka dia dituntut untuk melakukan langkah-langkah untuk
mempertahankan kekuasaannya.
Gramci juga menyebutkan bahwa hegemoni adalah sebuah
rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui
penindasan terhadap kelas sosial lainnya. Dari penjelasan ini dapat diketahui
bahwa hegemoni pada dasarnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai
dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan (Sutiyono;
Represi Politik Kekuasaan Pada Dunia Seni, 2012, 4).
Kesimpulan:
Kesenian longser merupakan media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan moral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perkampungan. Banyak
pesan yang disampaikan mengenai kelompok yang berusaha melakukan negosiasi demi
mepertahankan dan menunjukkan kekuasaan yang dimiliki kelompok lain.
Dapat disimpulkan bahwa cara kelompok yang satu
melakukan negosiasi dengan kelompok lain adalah dengan menunjukkan kekuasaan
yang dimiliki kemudian memenangkan negosiasi yang dilakukan dan mendapatkan
tujuan yang dia inginkan. Dan dalam praktek kekuasaan dapat dilakukan dengan
cara yang lebih halus tanpa melakukan penindasan apalagi dengan adanya
kekerasan fisik.
Referensi:
Informasi sejarah Longser Sunda: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=339&lang=id
Naskah Longser “SALATRI” Sasaka Sakawayana, Fokalismas, 2016
Sutiyono; Represi Politik Kekuasaan Pada Dunia Seni: http://staff.uny.ac.id/sites/defaults/files/penelitian/Dr.%.20Sutiyono/WUNY-2012.doc
Wawancara
bersama UKM Lingkung Seni Sunda se-Bandung yang menggelar Pergelaran Longser 2
tahun terakhir.
Wawan
Kuswandoro, Teori cultural studies, 2015: http://wkwk.lecture.ub.ac.id/2015/10/metode-dan-teori-dalam-cultural-studies/
Yasir,
Kajian
Budaya, 2012: http://yasir.staff.unri.ac.id/2012/03/14/kajian-budaya/